Rabu, 05 Oktober 2011

KEMRUNGSUNG

Menanti adalah pekerjaan yang paling membosankan, itu pula yang saat ini sedang dirasakan oleh Dulkapid. Perasaan bosan dan jenuh karena menunggu sesuatu yang tak pasti sangatlah tidak nyaman. Sudah beberapa hari ini hati Dulkapid dilanda kegelisahan yang luar biasa atau kalau dalam istilah orang Jawa disebut kemerungsung. Tidak enak makan, tidak enak tidur, malas untuk berbuat ini dan itu dan tidak tahu dengan jelas apa sebenarnya yang diinginkan dan dimaui. Pendek kata, ini salah itu juga salah, begini salah begitu juga salah. Kalau mau dipaksakan bisa jadi salah satu judul filmnya Jojon “apa ini apa itu” ku tak tahu yang kumau.
Hati dan pikirannya saat ini hanya tertuju kepada seseorang yang keberadaannya saat ini sangatlah tidak jelas. Siapa lagi kalau bukan Juminten, perempuan yang sudah berbulan-bulan ini menjadi fokus perhatiannya. Entah sedang bersembunyi di belahan bumi yang mana atau di ujung dunia yang mana dia, ujung kulon, ujung aspal, ujung berung, ujung menteng atau ujung-ujung yang lain. Ataupun kalau di sebuah negara entah di negara mana, mungkin di sebuah negara antah berantah. Tak tahulah, kondisi serba tidak tahu dan tidak jelas seperti ini sungguh membuat hati Dulkapid tersiksa dan tidak tenang. Seandainya saja dia tahu dengan tepat di mana letak ujung dunia yang sebenarnya mungkin saat ini juga dia akan pergi ke sana untuk mengeceknya, atau jika saja dia mengetahui letak geografis yang sesungguhnya dari negara antah berantah, mungkin sekarang juga dia akan menyusul ke sana. Tetapi sayangnya Dulkapid tidak tahu di mana tepatnya letak kedua tempat itu sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya menunggu dan menunggu balasan tiga tanda tanya yang telah ia kirimkan tadi malam. Dulkapid hanya bisa menerka-nerka dan menebak-nebak saja segala kemungkinan yang telah membuat Juminten pergi meninggalkannya tanpa meninggalkan jejak untuk ditelusuri. Dan semakin Dulkapid mencoba untuk menerka dan menebaknya semakin dia merasa putus asa karena dia semakin tidak yakin jika tebakannya itu benar.
Belum lagi pikirannya disibukkan oleh apa yang menyebabkan Juminten pergi begitu saja. Dulkapid pun mencoba untuk menggali tiap-tiap moment yang pernah dia dan Juminten lewati. Satu persatu Dulkapid mengupas tuntas setiap peristiwa yang pernah terjadi, mencoba mencaritahu inti permasalahan yang mungkin saja tanpa dia sadari telah memicu munculnya ketidaknyamanan di hati Juminten. Tetapi sejauh ingatan melayang dan sejauh mata memandang rasa-rasanya tak ada yang salah dalam setiap moment yang dia dan Juminten lewati. Semua berjalan baik-baik saja, indah, romantis, dan selalu berakhir dengan kebahagiaan di antara kedua belah pihak. Dulkapid bahkan bisa merasakan kebahagiaan yang memancar pada diri Juminten, dari tertawanya, dari bicaranya, senda guraunya, sikap manjanya, lirikan matanya dan bahasa tubuhnya yang lain. Begitu juga dengan dirinya yang seolah menemukan semangat baru, kembali merasa muda, kembali menjadi seseorang yang istimewa dan berharga. “Tidak ada yang salah.... lalu kenapa Juminten pergi? Kenapa Juminten?” Dulkapid bertanya-tanya terus meski dia tahu dia tidak akan menemukan jawabannya hingga tiga tanda tanya yang dia kirimkan itu mendapat respon dari yang bersangkutan.
Sambil menatap awan kelabu dari teras rumahnya, Dulkapid hanya bisa membayangkan apa yang saat ini sedang dilakukan oleh Juminten di ujung dunia sana. “Hmm... pasti dia sedang bersembunyi dalam resah. Menghitung jumlah bintang dan menatap wajah bulan yang bersinar indah, seindah wajahnya. Mungkin juga dia tengah diliputi oleh rasa bersalah kepadaku. Atau mungkin juga dia tengah tertawa lega karena akhirnya bisa lepas dari jalinan cinta semu ini. Entahlah..... apapun yang dia putuskan untuk dirinya semoga membawa dampak yang baik buatnya. Dan aku? Aku akan terus mengharapkannya kembali. Untuk tetap melanjutkan kisah lama ini? Itu harapkanku. Tetapi paling tidak dia kembali untuk menjelaskan apa yang sesungguhnya telah terjadi”, bathin Dulkapid pilu. Ditatapnya handphone yang tergeletak di pangkuannya berharap tiga tanda tanya yang dia kirimkan mendapat balasan. Suasana hatinya masih tetap tidak berubah, kemerungsung..... dan akan terus kemerungsung hingga semua pertanyaan mendapatkan jawaban.

Sparrstrasse 2, sambil menunggu waktu subuh tiba, 11.11.10

Tidak ada komentar: