Dulkapid terpaksa menahan diri untuk tidak melahap banyak sate kambing di hari Idul Adha kali ini. Laki-laki itu khawatir penyakitnya akan kambuh jika terlalu banyak mengkonsumsi daging kambing. Pasalnya obat yang bisa menyembuhkan penyakitnya ini sedang susah dicari saat ini.
“Mas Dul, kok tumben nih satenya cuma dipelototin saja”, sapa salah seorang tetangganya. Siang itu Dulkapid dan tetangga-tetangganya memang rame-rame menyate daging kambing hasil ngantri di Musholla belakang kontrakan.
“Nggak kok, tadi sudah makan beberapa tusuk, sudah cukuplah”, jawab Dulkapid.
“Tapi bagian sampean masih banyak lho ini, sayang kalau nggak dihabiskan”
“Nggak apa-apa buat kalian saja”, jawabnya sendu. Padahal sebenarnya perut dan mulutnya masih menginginkan sate-sate itu. Terdengar suara clegak-cleguk di tenggorokannya bukti kalau dia masih ngiler melihat daging setengah matang yang dilaburi sambal kecap itu melambai-lambai ke arahnya. Apalagi bila melihat para tetangganya juga masih pada lahap menyantap sate-sate bagian mereka.
Memang sial banget nasib Dulkapid kali ini, lebaran-lebaran begini mesti hidup seorang diri tanpa istri di sampingnya. Tapi itu semua juga karena ulahnya sendiri. Gara-gara hobbynya yang suka ngintipin jempol kaki “orang”, tahu kan maksudnya “orang” kalau dalam kamusnya Dulkapid? Tidak lain dan tidak bukan ya makhluk yang bernama perempuan. Hobby ini pulalah yang akhirnya membuat istri Dulkapid minggat dari rumah kontrakan mereka. Perempuan yang sudah hampir dua puluh tahun menemani Dulkapid dalam suka maupun duka ini (sssttt..... sebenarnya sih banyakan dukanya daripada sukanya) merasa tidak dihargai lagi oleh Dulkapid hanya gara-gara kedua jempol kakinya kehilngan kuku akibat cantengan dan kutu air sehingga terlihat jelek dan tidak menarik. Sejak itu Dulkapid jadi punya kebiasaan aneh yaitu suka ngintipin jempol kaki perempuan lain.
Puncaknya adalah beberapa malam yang lalu, Dulkapid yang pulang dalam keadaan setengah mabuk meracau memuji-muji keindahan jampol kaki Juminten. Dia bilang jempol kaki Juminten kalau dibandingkan sama jempol kaki istrinya uhhg kayak langit dan bumi. Biar kata habis dicolekin ke tahi kerbau juga baunya tetap wangi dan bentuknya tetap indah. Hati istri mana yang nggak sakit kalau dibanding-bandingkan seperti itu dengan perempuan lain. Kelihatannya sih cuma sepele, cuma masalah jempol kaki doang. Tapi yang namanya jempol kaki kan juga bagian dari jati diri seseorang, jadi ya wajarlah kalau istri Dulkapid merasa tidak dihargai lagi secara keseluruhannya sebagai seorang manusia.
Padahal sebulan yang lalu Dulkapid juga sudah kena batunya dari hobby anehnya itu. Gara-gara ngintip jempol mulus yang keluar dari sela-sela sepatu sendal seorang perempuan, terpaksa dia harus berurusan dengan Lurah setempat. Usut punya usut ternyata jempol kaki yang diintip itu adalah jempol kaki milik bu Lurah. Dulkapid... Dulkapid, saking asyiknya matanya ngeliat ke si objek yang mulus itu, sampai kagak sempat dia ngeliat ke wajah orang yang punya entu jempol. Akibat dari perbuatannya itu, sekarang nama Dulkapid diblacklist dari pembuatan Kartu Tanda Penduduk dan kartu Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin. Dia juga dikenai wajib lapor seminggu sekali dan dicekal tidak boleh keluar dari desanya selama dua minggu.
“Keputusan ini sudah final dan tidak bisa diganggu gugat lagi”, begitu menurut penuturan sekretaris Lurah ketika menyampaikan amanat dari pak Lurah di hadapan Dulkapid. Tentu saja keputusan itu membuat Dulkapid langsung lemas dan lunglai. Padahal waktu itu dia lagi ikut rombongan kuli bangunan di desa sebelah. Terpaksa dia tidak bisa meneruskan kerjanya itu, Gaji terakhirnyapun tidak bisa diambil karena di dalam kontrak kerja yang dia tanda tangani, terdapat klausul bahwa pengambilan gaji tidak bisa diwakilkan meski oleh istri sendiri. Lengkaplah sudah penderitaan Dulkapid.
Selama seminggu Dulkapid menghukum kedua matanya dengan cara memplesternya dan hanya menyisakan sedikit celah agar dia tetap bisa melihat ketika sedang berjalan.
Entah sudah yang ke berapa kalinya Dulkapid kena batunya dari hobbynya ini tapi dasar manusia keras kepala, bandel dan ngeyel, tetap saja dia nggak kapok dan mengulanginya lagi pada kesemptan yang lain.
Di saat-saat seperti inilah dia baru menyadari betapa hobby anehnya itu telah merugikan dirinya sendiri. Kehadiran seorang istri di saat seperti sekarang ini sangatlah berarti. Nggak perduli jempol kakinya indah atau jelek yang penting bagian-bagian lain dari tubuh istrinya masih tetap berfungsi dengan baik.
“Mas Dulkapid, lho ayoo dimakan tho satenya, kok malah ngelamun tho”, tegur tetangganya yang melihat Dulkapid hanya berdiam diri dan hanya memandangi tumpukan sate di hadapannya.
“Pengen sih pengen,tapi takut penyakit “mah”ku kambuh nih”, jawabnya.
“Ha... ha... mosok sate kambing bisa bikin sakit maag kambuh tho mas, yang penting jangan pedas bumbunya. Justru kalau mas Dulkapid nggak makan, lha itu nanti malah bikin maagnya kambuh”
“Maksud saya bukan penyakit maag yang itu tapi penyakit “mah” yang lain”
“Oh ha...ha.... paham saya kalau begitu. Penyakit memanggil-manggil mamahnya anak-anak tho?”
“Betul...betul....betul.....”
“Memangnya nyonyanya kemana tho? Lagi pulang kampung ya?”
“Pergi operasi plastik buat jempol kakinya”, jawab salah seorang ibu dengan entengnya.
Dulkapid jadi salah tingkah ketika semua tetangganya menatapnya mencari kebenaran dari kata-kata si ibu tadi.
“Saya ke dalam dulu ya”. Akhirnya Dulkapid pamit duluan dan masuk ke dalam rumahnya.
“Makanya kalau punya mata jangan buat ngintipin jempol kaki orang, rasain lo ditinggal minggat bininya”, cela si ibu itu lagi sambil ngipasin sate bagiannya.
Sparrstrasse 2, sambil menemani Shakti belajar. 17.11.10